Di Hari Film Nasional, Semoga Film Nasional Semakin Indonesia

Mediabintang.com,Jakarta-Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI) adalah rumah artis Indonesia. Itu yang terlupakan oleh banyak para bintang atau artis. Semua arsip artis ada di PPHUI. Kalimat tersebut menjadi pembuka di gelarnya Hari Film Nasional ke 73 tahun yang disampaikan H. Sonny Pudjisasono, SH, MBA Ketua yayasan pusat Perfilman H Usmar Ismail di sinema hall Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jl. HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta beberapa waktu lalu. Diskusi yang dihelat oleh YPPHUI dan Kemdikbud Ristek, dihadiri aktor senior Slamet Rahardjo Djarot, sutradara dan penulis skenario Bene Dion Raja Gukguk, aktor Pong Harjatmo. Sutradara muda berprestasi, Bene Dion Raja Gukguk mengatakan, “Saya berasal dari tanah Batak dan paham budayanya, saya menyutradarai film ‘Ngeri Ngeri Sedap’. Saya enggak mungkin membuat film berlatar budaya yang saya enggak paham dan enggak mengerti,” urai Bene Dion yang juga seorang komika ini. Takala ‘Ngeri Ngeri Sedap’ sukses dan laris manis ditonton jutaan orang di bioskop, Bene Dion menerima telpon berisi ucapan selamat dari banyak tokoh pejabat dan anak muda Batak. “Saya akan membuat film berlatar budaya Batak lagi karena itu yang saya kuasai," terang Bene Dion. Sebagai Sutradara, Bene Dion tahu apa yang akan dikerjakan dalam proses pembuatan film sehingga menjadi sebuah sajian yang diperlukan penonton. "Kita harus mengakui, film itu seperti apa? ceritanya apa? Arahnya kemana? Itu semua ada di tangan Sutradara. Aktor hanya mengikuti arahan sutradara. Begitu juga semua kruw mengikuti arahan sutradara. Jadi memang harus kita akui kemana arah filmnya, yah di tangan sutradara. Bahkan ada Produser yang menuntun, tapi pas di lokasi, nggak dilakukan sutradara," ungkap Bene Dion sambil tertawa santai. Ki Slamet Rahardjo meneguhkan ucapan Bene Dion. Sutradara adalah point of viewnya. "Jika Sutradara tidak teguh, maka akan rusak," terang Slamet Rahardjo. Terkait perfilman Indonesia dibandingkan dengan tahun 1970 hingga 1990-an, Bene Dion yang juga seorang komika, penulis mengungkapkan, kekuatan film berlatar budaya saat ini belum terekspose dengan baik. "Kalau kita bicara secara garis dari zaman dahulu dan sekarang, dibandingkan mulai dari tahun 1970, 1980 serta tahun 1990, kita harus mengetahui secara kualitas, kita masih jauh, karena itu merupakan puncak kehebatan perfilman Indonesia. Tapi jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu, 15 tahun lalu atau setelah krisis moneter yang sempat mati perfilman Indonesia, ini adalah proses yang layak di syukuri. Jadi jika dibandingkan dengan tahun 1970 hingga 1990- an, memang kekuatan budayanya belum tereksploitasi, belum tereksplore dengan baik. Tapi jika kita melihat belakangan ini, perfilman kita sudah mulai beragam, mulai dari kontes lokal, konten budaya. Ini harus kita syukuri. Semoga semakin kuat dan kuat, sehingga industri film kita semakin kuat,"Ujarnya. Bene Dion berharap dengan adanya Hari Film Nasional yang jatuh pada 30 Maret ini, ke depannya, semoga perfilman Indonesia semakin Indonesia. "Semoga industri film Indonesia semakin Indonesia. Jadi filmnya beragam, genrenya beragam, dan penonton juga semakin dewasa. Dan prosesnya memang arahnya baik, film film yang menarik mereka adalah film yang kualitasnya jauh berkembang dibandingkan beberapa tahun silam," tuntas Bene.(Pri) "

TERKAIT